Sektor agribisnis kelapa sawit di Indonesia tercatat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari luas areal kelapa sawit dari produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) yang terus mengalami peningkatan sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1997. Pada periode 1968-1997 tersebut, luas areal kelapa sawit meningkat hampir 21 kali lipat, yaitu dari 120.000 ha pada tahun 1968 menjadi 2.516.079 ha pada tahun 1997. Oil World memproyeksikan bahwa produksi CPO Indonesia akan menyamai malaysia pada tahun 2005 dan selanjutnya Indonesia akan menjadi produksen nomor satu dunia (Ditjenbun, 1996)
Perkembangan industri sawat yang terus meningkat akan berdampak pada limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar (TBS). Limbah ini adalah sisa produksi minyak sawit kasar berupa tandan kosong, sabut dan cangkang (batok) sawit. Limbah padat berupa cangkang dan sabut digunakan sebagai bahan bakar ketel (boiler) untuk menghasilkan energi mekanik dan panas. Masalah yang kemudian timbul adalah sisa dari pembakaran pada ketel (boiler) berupa abu dengan jumlah yang terus meningkat sepanjang tahun yang sampai sekarang masih belum termanfaatkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Graille dkk (1985) ternyata limbah abu sawit banyak mengandung unsur silika (SiO2) yang merupakan bahan pozzolanic.
Hayward (1995) dalam Utama dan Saputra (2005) menyatakan dalam bahan pozzolan ada dua senyawa utama yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan semen yaitu senyawa SiO2 dan Al2O3. Pada proses pembakaran baik akibat kegiatan gunung berapi maupun yang sengaja dilakukan ada sebagian SiO2 dan Al2O3 yang melebur dan ini menjadikan kedua senyawa tersebut reaktif terhadap kapur bebas (Ca(OH2)). Abu Sawit merupakan bahan pozzolanic, yaitu material yang tidak mengikat seperti semen, namun mengandung senyawa silika oksida (SiO2) aktif yang apabila bereaksi dengan kapur bebas atau Kalsium Hidroksida (Ca(OH2)) dan air akan membentuk material seperti semen yaitu Kalsium Silikat Hidrat.
Dibanding dengan semen portland, semen pozzolan selain lebih murah dan lebih mudah dalam pembuatannya, juga mempunyai keunggulan sifat-sifatnya yaitu tahan terhadap agregat alkali, pemuaian dan penyusutan sangat kecil, kehalusan sangat kecil, tahan terhadap asam-asam tanah dan air laut. Jika dicampur dengan semen dalam beton, maka hasilnya akan berdaya tahan lebih besar dibandingkan jika memakai semen biasa (Utama dan Saputra, 2005).
Abu sawit merupakan salah satu limbah dari pengolahan kelapa sawit. Abu sawit merupakan sisa dari pembakaran cangkang dan serabut buah kelapa sawit didalam dapur atau tungku pembakaran yang disebut boiler dengan suhu 7000C-8000C. Abu sawit berasal dari unit pengolahan kelapa sawit yang mana penanganan limbah tersebut belum ditangani secara baik (Laksmi, 1999).
Abu sawit merupakan limbah hasil pembakaran cangkang kelapa sawit yang mengandung banyak silikat. Selain itu, abu sawit tersebut juga mengandung Kation Anorganik seperti Kalium dan Natrium (Graille et al, 1985).
Abu sawit yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah abu terbang boiler industri sawit, sisa pembakaran yang ditangkap kemudian dikeringkan dan disaring untuk digunakan sebagai bahan campuran paving block. Abu sawit tersebut diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara V (PTPN V) yang berada di Sei Pagar - Kabupaten Kampar.
Berdasarkan pengamatan secara visual, abu sawit memiliki berbagai karakteristik diantaranya, bentuk partikel abu sawit tidak beraturan, ada yang memiliki butiran bulat panjang, bulat dan bersegi dengan ukuran butiran 0-2,3 mm serta memiliki warna abu-abu kehitaman.
Aplikasi dalam ilmu teknik, abu sawit dimanfaatkan dalam berbagai bidang antara lain: sebagai bahan tambahan pengganti semen dalam desain beton mutu tinggi, bahan pengisi/filler dalam lapisan perkerasan jalan raya, bahan stabilisator pada campuran tanah lempung dan tanah dasar pada lapisan jalan raya, bahan tambahan pengganti semen dalam campuran paving block serta juga merupakan bahan material yang bersifat pozzolan (Susanto dan Budhi, 1998).
Tabel 1. Komposisi abu sawit hasil pembakaran serat dan cangkang (%berat)
Unsur/Senyawa | Serat | Cangkang |
Kalium (K) | 9,2 | 7,5 |
Natrium (Na) | 0,5 | 1,1 |
Kalsium (Ca) | 4,9 | 1,5 |
Magnesium (Mg) | 2,3 | 2,8 |
Klor (Cl) | 2,5 | 1,3 |
Karbonat (CaO3) | 2,6 | 1,9 |
Nitrogen (N) | 0,04 | 0,05 |
Pospat (P) | 1,4 | 0,9 |
Silika (SiO2) | 59,1 | 61 |
(Sumber: Graille dkk, 1985 dalam Utama dan Sentosa, 2005)
Dari Berbagai Referensi
No comments:
Post a Comment